Reporter BDM mencoba menghubungi Direktur LSM SEMPRIT (Sepakbola Menuju Prestasi Tertinggi) Ari Wibowo guna dimintai pendapatnya terkait Kongres KPSI. Menurut Ari, KPSI adalah organisasi paling fleksibel di dunia, karena tak memiliki akta pendirian, juga tak punya AD/ART, hanya merupakan organisasi addhock. KPSI mirip seperti angkot, yang bisa dibawa belok kanan atau belok kiri terserah kemauan sopirnya, yaitu La Nyalla.
KPSI hanya mengagung-agungkan jumlah pendukungnya yang banyak, dan selalu mengingkari hal paling mendasar dalam etika berorganisasi, yaitu soal legalitas. KPSI selalu merasa dirinya PSSI hasil KLB Ancol, tetapi perilakunya menabrak aturan dan statuta milik PSSI, begitu kata Ari.
Logika bodoh saya begini; KPSI itu bukan PSSI. Mereka tidak punya statuta. Jadi mau peserta ISL ada 18 atau 20 atau malah 33 klub sesuai jumlah propinsi, sebenarnya sah-sah saja. Semua suka-suka karena tak ada aturan mainnya. Itulah okenya KPSI, bisa dibelokkan kemana saja, canda Ari seperti parodi iklan obat sakit kepala.
Jika berlagak melakukan kongres untuk mengubah statuta yang menyebutkan 18 klub direvisi menjadi 20 klub, ini malah lebih aneh lagi. Memangnya KPSI itu siapa? Dalam analogi negara, statuta itu ibarat undang-undang dasar, tak sembarang pihak bisa melakukan amandemen. Apa bisa segerombol pendemo membentuk parlemen jalanan lalu melakukan amandemen undang-undang dasar? Ini menunjukkan KPSI mengabaikan soal legalitas.
Amandemen UUD tak bisa dilakukan oleh parlemen jalanan. Mengubah statuta PSSI tak bisa dilakukan organisasi addhock seperti KPSI meski punya pendukung sebanyak apapun. KPSI harus menggulingkan dulu Djohar Arifin dari jabatannya di federasi dengan mekanisme organisasi yang benar dan direstui FIFA/AFC, baru melakukan amandemen.
KPSI itu mirip parlemen jalanan. Sejuta tanda-tangan pendemo bukan berarti bisa mengamandemen undang-undang dasar. Tapi sekian ratus anggota parlemen berwenang mengubah undang-undang dasar. Jadi bodoh sekali dan tak masuk akal jika KPSI belum mampu menggulingkan Djohar Arifin tetapi merasa berhak mengubah statuta.
Untuk agenda kedua soal respon KPSI menanggapi surat Menpora, Ari menolak berkomentar. Ini drama membosankan, karena KPSI akan menjawab boleh tapi dengan sekian banyak syarat yang tak mungkin dipenuhi oleh PSSI. Sudahlah, lupakan pemain ISL, waktu terus mendekat, saatnya berbenah dengan materi yang ada, kata Ari menutup wawancara.
Sumber : BDM